Menyala Coffee Padang mengadakan Sense of Activities pada 21 Mei 2021-22 Mei 2021. Menampilkan Zizi, Lajur, dan Oscar Lolang. Hari pertama diisi dengan talk show oleh Oscar Lolang dan Bardi Rahmawan, dan ditutup oleh penampilan Zizi pada malam hari.
Keesokan harinya, talk show diisi oleh Microgram Entertainment, dan Demajors Padang, penampilan meriah disuguhkan oleh Lajur, dan sebagai puncak acara, Oscar Lolang membawa kita ke negeri awan di malam itu.
Oscar Lolang sempat merilis beberapa lagu setelah meluncurkan album pertama, diantaranya; Bila, Melodies, Drive to School, dan Ode Untuk Mami-Mami. Terdengar kabar bahwa Oscar akan mengeluarkan album keduanya dalam waktu dekat.
Menggunakan baju kaos kuning Grrrl Gang (sebuah band asal Yogyakarta), celana pendek berwarna hitam, dan sepatu sandal hitam putih, seusai talk show di hari pertama. Oscar Lolang menerima ajakan Depan Monitor untuk diwawancarai. Berikut hasilnya:
Hallo, Oscar. Selamat datang di Padang! Katanya ini pulang kampung, ya?
Iya, baliak kampuang. Hahaha
Lagi sibuk apa selama selama masa pandemi ini?
Kegiatan aku untuk tahun ini, lagi fokus menggarap album ke-dua yang isinya ada tujuh lagu.
Kalau didengar, dua lagu yang baru dirilis belakangan itu lebih ke personal dibanding album sebelumnya, dan ada sedikit membahas tentang kesehatan mental. Apakah itu akan menjadi tema albumnya?
Aku ga bisa bilang itu lagu tentang kesehatan mental, sih. Album pertama kan aku banyak ngebahas hal-hal yang jauh di luar aku,seperti Papua, Bojong Menje. Padahal aku belum pernah ke Papua. Bisa dibilang, album pertama hal-hal yang bukan aku alami di keseharian. Walaupun ada Cloud of Jakarta yang membahas tentang lingkungan sendiri, dengan kacamata dari jauh. Yang aku ngebahas soal kota kelahiranku, tentang aku sebagai orang yang tinggal di bandung, merindukan rumahku di Jakarta. Kurang lebih begitu, semuanya hal yang aku liat dari jauh, dan aku merasa ada hal-hal disekitar ku yang belum aku notice/appreciate dalam bentuk karya.
Nah, dua lagu ini menuju ke fase di mana aku akan tetap ngebahas sosial, namun dalam ruang lingkup yang kecil. Juga tidak menutup kemungkinan kalau hal tersebut bisa memancing adanya hal-hal yang lebih relate di ruang lingkup yang lebih besar.
Dulu pernah emo-emo-an, punk-punk-an, bener?
Oh iya-iya, waktu SMA itu. Hahaha
Nah, kalau sekarang, Oscar lebih senang disebut memainkan musik bergenre apa?
Aku sih percaya diri ya kalau disebut memainkan musik folk, karena aku tidak bisa menutup mata, bahwa inspirasi bermusik aku itu dari musisi folk, jadi sampai detik ini aku pede disebut bermain musik bergenre folk, kecuali kalau aku ada melakukan perubahan yang drastis, ya.
Pernah cita-cita menjadi bagian film, apa yang menjadi alasan untuk fokus bermusik?
Sebenernya, film jadi hal yang ga bakal pernah lepas dari Oscar, selain background keluarga, dan selain aku yang bercita-cita jadi orang yang bekerja di film juga. Tapi aku ngetreat lagu seakan-akan seorang sutradara yang ngetreat film. Seperti story telling, dalam membuat lagu aku juga berusaha menciptakan suasana yang sinematik. Kalau suatu ketika aku berkesempatan untuk jadi sutradara, why not? Tapi itu bukan fokus utama ku sih, fokus utama ku tetap di musik.
Lagu Eastern Man membahas soal Papua, gimana pandangan oscar soal kondisi Papua saat ini?
Kita mulai dari stigma yang dibangun tentang Papua, kadang dalam becandaan tanpa kita sadari malah mendeskreditkan teman-teman Papua. Lalu munculnya sebuah gerakan di Papua, harusnya menjadi pukulan buat kita, bukan malah melihat mereka hancur-hancuran. Omongan mereka seperti “gimana kita ga marah kalau negara terus-terusan ngirim militer” yang artinya ada berbagai cara selain kekerasan. Permintaan mereka sebenernya referendum, sementara yang yang dijual ke publik itu bermacam-macam. Seperti, tentara yang dibunuh sama OPM, dan yang lebih parahnya, ada opini pendiri OPM disebut mengkritik salah satu aktivis Papua, sementara pendiri OPM tersebut sudah meninggal dari sekian tahun yang lalu.
Oscar juga pernah berkontribusi di Greenpeace, ya? Dalam bentuk apa?
Sebenernya aku hanya kawan musisi yang ikut mengisi suara mereka kalau dibutuhkan. Karena, aku concern soal isu lingkungan, tapi aku ga cukup pengetahuan dan ga cukup bisa menghilangkan habbit yang seperti itu. Salah satunya, aku masi pakai plastik saat minum. Jadi, apa lagi yang bisa aku kasi ke lingkungan kalau tidak menggunakan kemampuan yang aku bisa dan aku punya, yaitu nyanyi dan berkontribusi dengan mereka.
Apa pendapat Oscar dengan gerakan aktivisme belakangan ini?
Aku sebenarnya suka sih. Yang namanya aktivisme atau demonstrasi, merupakan masalah yang vertical, bukan horiziontal. Sebagai rakyat, kita tidak bisa asal koar-koar kalau isinya cuma segelintir orang. Yang aku pelajari, hal yang paling dibutuhkan dari gerakan sosial itu adalah massa, dengan aktivisme menjadi ranah yang popular itu sekarang, harusnya bisa diciptakan momentum. Waktu demonstrasi RUU KUHP, yang demo anak muda semua, dan kita lumayan dikagetkan saat anak STM datang. Saat demonstrasi sudah mencapai anak SMA, menurutku itu merupakan sebuah perkembangan, dan kabarnya itu menjadi gerakan terbesar pertama setelah reformasi. Diiringi dengan demonstrasi Omnibus Law, ternyata bukan hanya anak muda, STM, buruh, dan ibu-ibu, bahkan saat kita ngobrol sama tetangga, mereka juga mengerti. Itu kan menjadi nation wide ya.
Hal tersebut tentu tidak bisa tercapai kalau kegiatan akivisme itu kaku, kalau aktivis tidak memandang Omnibus Law sebagai isu yang popular. Musik itu menurutku hanya sebagai api, kaya demonstrasi kemaren, lagu peradaban naik. Lagu tersebut sukses sebagai apinya. Namun setiap hal popular pasti ada yang memanfaatkan, dalam struktur negara yang di atas, mereka juga aware dengan hal tersebut. Jadi, struktur yang di atas lebih punya akal untuk memecah struktur yang di bawah ini, makanya bisa memecah gerakan menggunakan konflik horizontal sesama rakyat. Yang harusnya didobrak itu kan konflik vertical ya? Menurut aku gitu sih.
Lagu Melodies itu tentang cerita sendiri atau menceritakan kisah orang lain?
Iya, itu cerita sendiri.
Di lagu itu disebutkan bahwa Oscar merupakan Antropolog. Di sana juga menyebutkan nama-nama seperti Mark, Geertz, dan Maus, menurut Oscar apa pengaruh mereka dalam Antropologi?
Ketiganya orang penting di antropologi, tapi tidak semua teori mereka bisa aku setujui. Namun, jika tidak ada mereka bertiga, khazanah Antropologi tidak akan seperti sekarang ini, lebih ke tribute aja sih. Hanya, aku mengidolakan cara pandang mereka dan menerapkan metode berfikirnya dalam pembuatan lagu. Bukan teori, tapi cara berpikirnya. Misalnya Marx, dia ngajarin metode berfikir materialism dialegtis (selalu mempertanyakan latar belakang materialis atau historis).
Geertz melihat masyarakat sebagai kumpulan sistem, tapi menurut aku, manusia bukan sekadar kelompok dan bukan sekadar sistem, ada yang bergerak lain di luar sistem. Sebuah mesin akan usang jika sering digunakan, tapi kalau manusia menurutku akan beralih menjadi mesin yang baru lagi, yang disebut sebagai beyond system. Lagian kalau ngomongin mesin, sekarang udah berkembang, crypto misalnya. Yang aku pelajari dari Geertz adalah cara dia melihat kiri kanan.
Satu lagi, Mauss. Sebuah tulisan Mauss yang terkenal itu tentang gift (hadiah). Setiap hadiah, di situ ada pertarungan sosial, pertarungan psikis, pertarungan politik, pertarungan apa yang tidak disadari oleh manusia. Nah dalam pemahamanku, Mauss memandang manusia yang bar-bar akan dibalut dalam sosial yang fancy. Ibaratkan dendam, harus dituntaskan. Atau bisa dibilang, setiap tindakan akan selalu ada balasannya.
Gimana caramu bertahan dan berjuang saat menghadapi skizofrenia?
Hidup di kota dengan segala masalah yang ada, tinggal di daerah yang berpolusi juga bikin pengaruh terhadap otak kita. Banyak latar belakang yang bisa menyebabkan orang terkena penyakit mental. Nah, Aku ngetreat itu sebagai hal yang aku coba ingin usir, aku memiliku tugas untuk lebih kuat dari orang lain yang ga kena skizo. Caranya dengan membuat skizo bukan sebagai hal yang normal, tapi untuk memperkuat control, dan semakin kuat untuk melepas zona nyaman dari skizofrenia itu. Karena yang berbahaya dari mental health itu sebenarnya ketidak sadaran bahwa mental health itu punya zona nyaman. Terlebih ga semua orang sadar kalau dia perlu sembuh dan harus sembuh, dan lebih berbahaya lagi jika menikmatinya tanpa sadar. Nah, aku berkesempatan untuk sadar kalau itu bukan hal yang nyaman, dan aku harus mengkontrol itu. So far, udah dua tahun ga minum obat, sudah bisa haha hehe dan bergaul.
Apakah akan ada rilisan fisik untuk album terbaru?
Bakal ada, tapi bentukannya masih rahasia karena masih digodok, paling cepet keluar akhir tahun.